Skip to main content

Posts

Do'a sebelum makan shahihkah?

Dikeluarkan oleh Ath Thabrani dalam Ad Du’a (888), حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ أَبِي زُرْعَةَ الدِّمَشْقِيُّ، قَالَا: ثنا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ سُمَيْعٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي الزُّعَيْزِعَةِ، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فِي الطَّعَامِ إِذَا قُرِّبَ إِلَيْهِ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللَّهِ» “Al Husain bin Ishaq At Tustari dan Muhammad bin Abi Zur’ah Ad Dimasyqi, mereka berdua berkata, Hisyam bin ‘Ammar mengatakan kepadaku, Muhammad bin Isa bin Sumay’i mengatakan kepadaku, Muhammad bin Abi Az Zu’aizi’ah mengatakan, ‘Amr bin Syu’aib mengatakan kepadaku, dari ayahnya (Syu’aib bin Muhammad As Sahmi), dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: Bahwa beliau ketika hendak m
Recent posts

Antara Memaksakan Pendapat, Mengambil Pendapat, Mengutarakan Pendapat dan Menjelaskan Pendapat

Sebagian dari diri kita bahkan termasuk para ustadz terkadang ambigu kepada empat macam masalah. Yaitu Memaksakan Pendapat, Mengambil Pendapat, Mengutarakan Pendapat dan Menjelaskan Pendapat. Kenapa bisa begitu? Misalnya kita bahas pendapat "Qunut Subuh". Persoalan Qunut Subuh sudah barang tentu menjadi sebuah perbedaan pendapat. Dari sejak zaman dulu sampai sekarang persoalan ini tidak akan pernah selesai karena memang ada perbedaan pendapat dari kedua macam madzhab. Namun ternyata ada sebagian orang yang punya pemahaman seperti ini: 1. Pendapat madzhab A benar. 2. Pendapat madzhab B salah. 3. Semuanya benar. Sebagaimana yang namanya pendapat terlebih dalam dunia fiqih, maka kita harus tahu bahwa setiap pendapat pasti punya perbedaan. Dan jangan dianggap bahwa apabila seseorang punya pendapat berbeda maka pendapat yang tidak sama dengan dirinya sudah pasti salah. Ini tidak benar. Jadi kalau ada orang mengatakan "Qunut Subuh Bid'ah" berdasarkan pendapa

Permasalahan "Apa Sih Salaf(y)?"

Hari ini salah seorang teman mengirimi saya email. Katanya " Aku lagi buka2 file milis.  Oleh nggak aku publish tulisanmu iki nang blogku. Apik tenan. Terutama dari sub judul "permasalahan apa itu salaf(y) ". Saya memberi dia izin untuk mempublish di blognya, dan ketika saya baca lagi satu persatu tulisan yang sudah saya posting di sebuah milis tersebut, saya merasa ada baiknya saya post juga di Notes Facebook saya. Maka berikut saya copaskan seluruh isinya... Salatiga yang dingin, 11 Februari 2011 ------------------ <p> </p><p> From:  Abu Thalib al Atsary <andy_abu_thalib@****.com></p><p> To: salafyitb@itb.ac.id</p><p> Sent:  Tue, May 6, 2008 8:26:53 AM</p><p> Subject:  Re: [Salafy-ITB] Salafy, Salafiyyun, Salafiyyah ???</p> Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Afwan jadi kepingin ikut-ikut nulis, jadi minta izin untuk sedikit aja berkaitan dgn tulisan ustadz Abul Jauza dan judul d

HUKUM MEMAKAI CADAR DALAM PANDANGAN 4 MAHZAB

Wanita bercadar seringkali diidentikkan dengan orang arab atau timur-tengah. Padahal memakai cadar atau menutup wajah bagi wanita adalah ajaran Islam yang didasari dalil-dalil Al Qur’an, hadits-hadits shahih serta penerapan  para sahabat  Nabi  Shallallahu’alaihi Wasallam  serta para  ulama yang mengikuti mereka. Sehingga tidak benar anggapan bahwa hal tersebut merupakan sekedar budaya timur-tengah. Berikut ini sengaja kami bawakan pendapat-pendapat para ulama madzhab, tanpa menyebutkan pendalilan mereka, untuk membuktikan bahwa pembahasan ini tertera dan dibahas secara gamblang dalam kitab-kitab fiqih 4 madzhab. Lebih lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan sebagiannya sampai kepada anjuran wajib. Beberapa penukilan yang disebutkan di sini hanya secuil saja, karena masih banyak lagi penjelasan-penjelasan serupa dari para ulama madzhab. Madzhab Hanafi Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumny

Cara mengetahui Allah Ridho ataukah Tidak

Cara mengetahui bahwa Allah ridha kepada kita atau tidak adalah dengan melihat ayat-ayat dan nash-nash shahih tentang keridhaan Allah. Sebagai contoh Allah berfirman yang artinya "Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah". Seperti surat At Taubah ayat 100. Apa yang membuat Allah ridha?? Ternyata dijelaskan di ayat tersebut Allah ridha dengan mereka yang mengikuti jalan orang-orang yang beriman yang pertama kali masuk Islam, dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan mengikuti jalan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah, dan balasan dari hal itu adalah surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Jadi kalau ada orang yang berkata, "Saya beribadah hanya ingin mendapatkan ridha" Perlu ditanya, sudahkah mengikuti jalan orang-orang terdahulu? Sudahkah mengikut as salafush shalih?? Allah-lah yang memberikan petunjuk tentang hal-hal yang diridhai-Nya, lalu kenapa harus mencari petunjuk yang lain

KISAH PERTAMA KALI SYAIKH AL UTSAIMIN MEMAKAN BUAH APEL

Suatu saat, Syaikh Utsaimin datang mengunjungi kota Madinah. Salah seorang kaya mengundang beliau makan malam di rumahnya. Hadir bersama beliau dalam jamuan makan malam tersebut, empat orang, termasuk Syaikh Abdrurrozaq dan Syaikh Utsaimin.  Saat memasuki ruang makan, pandangan Syaikh Utsaimin tertuju pada tumpukan buah-buahan beraneka ragam yang tertata rapi menyerupai gunung kecil. Syaikh lalu mengambil buah apel dari tumpukan tersebut, lantas berkata kepada kami, “Tahukah kalian, kapan pertama kali akumemakan buah apel?” Kemudian, Syaikh Utsaimin pun bercerita, “Dahulu, Syaikh As-Sa’di mengajar buku yang agak berat, yaitu Qawa’id Ibni Rajab. Kitab ini agak sulit dipahami karena berkaitan dengan kaidah-kaidah fikih. Pada awalnya, banyak murid beliau yang hadir, namun lama-kelamaan berkurang, hingga akhirnya saat beliau menamatkan kitab tersebut, hanya tinggal aku sendiri bersama beliau. Setelah itu, beliau merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir apel berwarna merah. Baru pertama kal

Untuk Siapa Kita Berbicara?

Untuk Siapa Saya Berbicara ? عبد الرحمن السلمي يقول : سمعت محمد بن أحمد الفراء يقول : ما بال كلام السلف أنفع من كلامنا ؟ قال : « لأنهم تكلموا لعز الإسلام ، ونجاة النفوس ، ورضا الرحمن ، ونحن نتكلم لعزة النفس ، وطلب الدنيا ، وقبول الخلق  Abu Abdurrahman As Sulami berkata : Saya mendengar Muhammad bin Ahmad Al Fara berkata : " Apa yang menyebabkan ucapan As Salaf lebih bermanfaat dari ucapan kita ? " Maka dijawab : " Karena mereka berkata untuk kemulian Islam, keselamatan dir i, ridha Ar Rahman ( Allah ), adapun kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan agar diterima manusia. " Asy Syuabul Imam 4/358 no 1793 - Al Imam Al Baihaqi rahimahullah. oleh: Ustadz Abu Asma Andre