Ada 2 orang berdebat tentang "Di mana Allah?". Mereka berdua duduk di kursi. A mengatakan Allah ada di mana-mana, bahkan lebih dekat dari urat leher kita. B mengatakan Allah ada di atas 'Arsy. Diskusi pun dimulai.
A: "Kita punya dalil yang sama-sama kuat tentang keberadaan Allah"
B: "Tidak, dalil Anda lemah"
A: "Kenapa bisa lemah?"
B: "Berdirilah! anda tak pantas untuk duduk!"
A: "Anda mengusir saya?"
B: "Tidak, bahkan Anda tidak pantas menginjakkan kaki di bumi"
A: "Kenapa begitu?"
B: "Bukankah Anda berkata Allah ada dimana-mana?"
A: "Benar"
B: "Sejatinya saya takut kalau-kalau anda menduduki Allah, atau bahkan menginjak-injak Allah".
~ Ini dialog fiktif. Mencoba menjelaskan sejatinya pemahaman Allah ada di mana-mana itu maksudnya adalah Ilmu Allah ada di mana-mana, bukan Dzat Allah ada di mana-mana.
A: "Kita punya dalil yang sama-sama kuat tentang keberadaan Allah"
B: "Tidak, dalil Anda lemah"
A: "Kenapa bisa lemah?"
B: "Berdirilah! anda tak pantas untuk duduk!"
A: "Anda mengusir saya?"
B: "Tidak, bahkan Anda tidak pantas menginjakkan kaki di bumi"
A: "Kenapa begitu?"
B: "Bukankah Anda berkata Allah ada dimana-mana?"
A: "Benar"
B: "Sejatinya saya takut kalau-kalau anda menduduki Allah, atau bahkan menginjak-injak Allah".
~ Ini dialog fiktif. Mencoba menjelaskan sejatinya pemahaman Allah ada di mana-mana itu maksudnya adalah Ilmu Allah ada di mana-mana, bukan Dzat Allah ada di mana-mana.
Comments
Post a Comment