Bagaimana gambaran seseorang beribadah sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan manhaj yang benar?
Ibaratnya anda ingin pergi ke Makkah. Anda sudah diberi sebuah peta. Dan peta tersebut amatlah rumit untuk dibaca, satu-satunya hal yang bisa membuat anda mengerti cara membaca peta itu adalah kepada ahlinya. Maka tentunya Anda akan bertanya kepada orang yang membuat peta tersebut, atau kalau orangnya sudah tidak ada maka bertanya kepada muridnya. Kemudian anda belajar kepada orang tersebut, hingga akhirnya anda tahu cara menggunakan peta itu.
Kemudian Anda pergi ke Makkah entah lewat darat, udara, maupun laut. Anda tak perlu risau, karena anda sudah tahu cara menggunakan peta tersebut, maka dari itu dengan kendaraan apapun anda akan bisa sampai ke sana.
Lalu ada seseorang. Dia juga diberi peta tersebut, tapi dia tidak punya pengetahuan sama sekali tentang peta itu. Tidak tahu cara membaca peta tersebut. Ia hanya faham bahwa peta itu bisa ia gunakan untuk menuju Makkah. Akhirnya tanpa pengetahuan dari si pembuat peta ia pun berjalan tanpa arah, hingga akhirnya ia tak pernah sampai ke Makkah sampai ia meninggal. Hanya gara-gara ia tak tahu cara menggunakan peta.
Inilah agama Islam. Peta tadi ibarat Al Qur'an dan As Sunnah. Anda pasti berpegang teguh kepada Al Qur'an dan As Sunnah. Namun Berpegang teguh tanpa didasari oleh Manhaj yang benar, sama seperti orang yang tidak bisa menggunakan peta tadi. Tersesat dan tidak akan sampai kepada tujuannya. Maka hendaknya kita beragama mengikuti tata cara beragama dari orang yang membawa agama ini, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam, para shahabat, dan orang2 yg mengikuti mereka dengan baik.
Adapun kendaraan, maka itu adalah nikmat dan pengetahuan manusia dalam melaksanakan keta'atan, dan bukan bagian dari peta tersebut. Sebab di dalam peta anda tidak diharuskan menuju Makkah dengan satu kendaraan saja. Kendaraan ini ibarat mazhab. Anda tidak dituntut harus mahzab tertentu untuk bisa mencapai Wajah Allah, namun yang dituntut adalah apakah anda sudah mengikuti orang yang benar dengan pemahaman yang benar.
wallahu a'lam bishawab.
Ibaratnya anda ingin pergi ke Makkah. Anda sudah diberi sebuah peta. Dan peta tersebut amatlah rumit untuk dibaca, satu-satunya hal yang bisa membuat anda mengerti cara membaca peta itu adalah kepada ahlinya. Maka tentunya Anda akan bertanya kepada orang yang membuat peta tersebut, atau kalau orangnya sudah tidak ada maka bertanya kepada muridnya. Kemudian anda belajar kepada orang tersebut, hingga akhirnya anda tahu cara menggunakan peta itu.
Kemudian Anda pergi ke Makkah entah lewat darat, udara, maupun laut. Anda tak perlu risau, karena anda sudah tahu cara menggunakan peta tersebut, maka dari itu dengan kendaraan apapun anda akan bisa sampai ke sana.
Lalu ada seseorang. Dia juga diberi peta tersebut, tapi dia tidak punya pengetahuan sama sekali tentang peta itu. Tidak tahu cara membaca peta tersebut. Ia hanya faham bahwa peta itu bisa ia gunakan untuk menuju Makkah. Akhirnya tanpa pengetahuan dari si pembuat peta ia pun berjalan tanpa arah, hingga akhirnya ia tak pernah sampai ke Makkah sampai ia meninggal. Hanya gara-gara ia tak tahu cara menggunakan peta.
Inilah agama Islam. Peta tadi ibarat Al Qur'an dan As Sunnah. Anda pasti berpegang teguh kepada Al Qur'an dan As Sunnah. Namun Berpegang teguh tanpa didasari oleh Manhaj yang benar, sama seperti orang yang tidak bisa menggunakan peta tadi. Tersesat dan tidak akan sampai kepada tujuannya. Maka hendaknya kita beragama mengikuti tata cara beragama dari orang yang membawa agama ini, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam, para shahabat, dan orang2 yg mengikuti mereka dengan baik.
Adapun kendaraan, maka itu adalah nikmat dan pengetahuan manusia dalam melaksanakan keta'atan, dan bukan bagian dari peta tersebut. Sebab di dalam peta anda tidak diharuskan menuju Makkah dengan satu kendaraan saja. Kendaraan ini ibarat mazhab. Anda tidak dituntut harus mahzab tertentu untuk bisa mencapai Wajah Allah, namun yang dituntut adalah apakah anda sudah mengikuti orang yang benar dengan pemahaman yang benar.
wallahu a'lam bishawab.
Comments
Post a Comment