Banjir memang adzab, ketika kita jadi safar (berpergian jauh) itu pun adzab, trus kenapa emangnya?
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927).
Aneh kalau gempa bumi, banjir dan musibah-musibah lainnya dikatakan bukan adzab. Dan adzab itu bukan berarti hal yang selalu konotasinya negatif. Seolah-olah hanya orang kafir saja yang kena adzab. Karena Allah memberikan adzab bukan semata-mata mengindikasikan bahwa Allah tidak menyayangi seorang mukmin, namun dengan adzab itu Allah akan mengampuni dosa orang-orang mukmin yang terkena adzab.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927).
Aneh kalau gempa bumi, banjir dan musibah-musibah lainnya dikatakan bukan adzab. Dan adzab itu bukan berarti hal yang selalu konotasinya negatif. Seolah-olah hanya orang kafir saja yang kena adzab. Karena Allah memberikan adzab bukan semata-mata mengindikasikan bahwa Allah tidak menyayangi seorang mukmin, namun dengan adzab itu Allah akan mengampuni dosa orang-orang mukmin yang terkena adzab.
Comments
Post a Comment