Skip to main content

Percaya dengan Hoax

Ada orang yang berkata, "Saya melihat UFO".

Kira-kira Anda akan percaya atau tidak? Tentu tidak akan percaya. Bahkan Anda akan mengatakan, "Mana buktinya?!" Dan segala kalimat perintah yang semakna dengan itu. Alhasil kalau dia tidak bisa memberikan buktinya maka Anda akan menjuluki orang itu pembohong. 

OK, itu soal UFO. Yang mana Anda percaya dengan UFO (atau alien/makhlukluar angkasa) atau tidak, maka Anda tidak akan ditanyai oleh Malaikat Munkar dan Nakir.

Terlalu jauh kalau make UFO, bagaimana kalau kita pakai ada kabar bahwa Orang tua Anda meninggal. Kira-kira Anda percaya atau tidak? Anda tentunya tidak akan percaya sampai Anda benar-benar memeriksa berita itu benar atau tidak. Anda kan kerahkan segala cara untuk memeriksa kebenaran berita itu. Bahkan Anda akan menghabiskan waktu Anda untuk pulang ke rumah ortu dan memastikan berita itu benar. Seklipun itu dengan berhutang ke teman. Benar bukan?

Sekarang bagaimana kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam berkata begini dan begitu. Kalau rasa cinta Anda kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam SANGAT BESAR bahkan MELEBIHI kedua orang tua ANda, maka niscaya Anda akan berkorban apapun, baik harta, dan waktu untuk memeriksa keotentikan berita dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam. Benar bukan?

Nah, oleh karena itu "Apakah Anda akan diam saja ketika seorang khatib naik mimbar kemudian memberitahukan sebuah berita dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa salam yang mana berita itu tidak pernah Anda dengar baik di kitab-kitab shahih maupun sunan? Apakah Anda akan berusaha mencari kebenaran akan khabar rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam itu ataukah MASA BODOH? Atau Anda akan berkata, 'Syaikh/kyai/ustadz saya yang paling benar dan paling tahu persoalan ini' padahal tidak pernah syaikh/kyai/ustadz Anda itu menjelaskan hadits itu shahih atau dha'if."

Kalau ANda masa bodoh, maka anda sama sekali tidak pernah peduli dengan agama Islam. Sama seperti Anda tidak peduli dengan sholat yang Anda lakukan, infaq yang anda keluarkan, sedekah yang Anda keluarkan, karena Anda diam saja ketika nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam dijadikan kedustaan.

Kalau ANda berkata, "Syaikh/kyai/ustadz saya yang paling benar sekalipun tidak diberikan sanad haditsnya" Maka anda itu termasuk taqlid buta. Lebih mencintai syaikh/kyai/ustadz daripada ilmu.

Ketahuilah kawan, syaikh/kyai/ustadz itu bukanlah orang yang ma'shum. Mereka bisa benar dan bisa keliru. Kalau mereka mengabarkan berita dari Allah dan Rasul-Nya, mereka yang sudah 'alim ini HARUS menyertakan dari mana mereka mengambil.

Jadi Ada di manakah kelompok Anda? kelompok Masa bodoh? kelompok "pokoknya"? ataukah kelompok pencari kebenaran? Andalah yang menentukan.

Comments

Popular posts from this blog

Lawan kata Sunnah adalah Bid'ah

Para ulama membuat sebuah istilah lawan kata dari Sunnah adalah bid'ah. Sebagai contohnya adalah talak sunnah dan talak bid'ah. Yang mana hal ini sudah dikenal dalam ilmu fiqih. Talak sunnah yaitu seorang suami yang menalak satu istrinya dalam kondisi tidak sedang haidh atau pada saat hamil dan tidak setelah dihubungi dalam keadaan suci. Sedangkan talak bid'ah adalah kebalikannya. Kata "as Sunn ah" digunakan sebagai lawan "Al Bid'ah" secara mutlak. Bila dikatakan, "Fulan di atas sunnah" maka berarti dia berbuat sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik hal itu tertulis dalam Al Qur'an maupun tidak. Dan bila dikatakan "Fulan di atas bid'ah" maka berarti dia berbuat yang bertentangan dengan As Sunnah, karena dia melakukan hal baru yang tidak termasuk dalam agama, dan setiap perbuatan yang baru dalam agama adalah bid'ah. Maka setiap hal baru dalam agama yang diperbuat orang yang t

Kenapa harus pakai ana, anta, anti, antum?

Kenapa harus pake ana, anti, anta, antum? Pertama, nggak ada bedanya ketika seseorang bilang elo, gue, situ, you, ai padahal yang bilang "elo" "gue" belum tentu orang betawi. Padahal juga yang bilang "you" "I" belum tentu orang Inggris. Jadi apa ada masalah dengan sebutan ana, anti, anta, antum? Kedua, umat Islam harus bangga dengan bahasa Al Qur'an, yaitu bahasa arab. Lho, berarti ia sinting do ng, masa' bahasanya sendiri ndak bangga. Ya samalah, kenapa juga harus bangga berbahasa Inggris padahal bahasa sendiri juga ndak bangga. Bukan itu poinnya. Al Qur'an memakai bahasa arab, dan TIDAK mungkin bisa memahami kandungan Al Qur'an lebih dalam kecuali dengan bahasa arab. Maka dari itu bahasa arab dianggap sebagai bahasa Al Qur'an. Karena simbol Islam adalah bahasa arab ini, maka tak ada salahnya ketika menyapa orang pake ana, anti, anta, antum, hitung-hitung sebagai belajar. Ya kalau fasih silakan saja pake bahasa arab, tapi ya

Ilmu dunia dan ilmu agama

Ilmu Dunia dan Ilmu Agama Ada Seorang mengatakan : " Banyak manusia yang ketika berbicara ttg ilmu dunia, otak mereka ada di kepala.. Tetapi : Ketika bicara ttg ilmu agama, otak mereka turun ke dengkul !! " Walau tulisan tsb tidak sepenuhnya bisa dibenarkan.. Dan walau saya pun sebenarnya tidak sepenuhnya setuju.. Tapi tulisan tsb juga tak sepenuhnya bisa disalahkan.. Kenapa ?? Karena pada ken yataannya mmg banyak manusia yang sangat menguasai ilmu dunia, tapi "kebingungan" ketika bicara ttg agama.. Catatan : Yang kita maksud menguasai dsini adalah : Mempelajari, memahami, dan mengamalkan.. Sekarang lihatlah realita-nya : Betapa banyak manusia yang menguasai ilmu pengobatan, kedokteran, farmasi, dlsb.. Tapi tak kalah banyak manusia yang tidak tahu siapa yang menyembuhkan.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu perdagangan, keuangan, perekonomian, dlsb.. Tapi juga sangat banyak yang tidak sadar siapa yang memberi rizki.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu ge