Skip to main content

Sudah Tepatkah Pasangan Kita?

Saya membaca komentar atau lebih tepatnya pertanyaan di sebuah blog. Pertanyaan ditujukan kepada seorang ustadz tentang nasib seorang fulanah yang mana ia sangat ta'at agamanya, pakaiannya tertutup, namun memiliki seorang suami yang perokok berat dan berbagai hal yang tak bisa ditunjukkannya.

Ia bertanya yang kurang lebih, "Bukankah Allah akan memberikan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik? dan laki-laki yang jelek perangainya untuk wanita yang lek juga perangainya? Kenapa tidak pada kasus ini?"

Memang secara garis besar jawaban ustadznya adalah hal itu "pengecualian".

Saya sendiri menganggap tidak demikian. Hal itu sudah tepat dan Allah Maha Adil. Kenapa demikian? Karena sebelum menikah baik laki-laki dan sang wanita sendiri tentunya sudah berkenalan. Dan pula sudah menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau ada yang ditutupi, maka kenalannya kurang baik. Misalnya kekurangan si laki-laki misalnya perokok, kemudian mungkin pula suka musik2 dan sebagainya. Dan ternyata hal ini tidak diketahui setelah menikah, maka itu adalah sebuah kesempatan untuk meraih pahala sebesar-besar bagi si wanita ini.

Boleh jadi perangai suaminya buruk, namun karena kesabaran dan ketelatenan dia merawat suaminya dan menjadi istri yang sholihah, maka Allah berikan ia pahala yang tidak ada habisnya. Sedangkan sang suami apabila sang istri berdo'a agar diberikan oleh Allah hidayah untuk suaminya, dan Allah mengabulkannya, maka ini pun sebuah kebaikan yang lebih lagi.

Setiap kebaikan pasti akan menularkan kebaikan. Tidak ada sebuah kebaikan akan menularkan kejelekan. Inilah ujian bagi si wanita tersebut, apabila ia bersabar dan tetap membantu suaminya untuk berubah menjadi lebih baik, maka sungguh ia wanita yang sangat beruntung.

Allahu a'lam.

Comments

Popular posts from this blog

Lawan kata Sunnah adalah Bid'ah

Para ulama membuat sebuah istilah lawan kata dari Sunnah adalah bid'ah. Sebagai contohnya adalah talak sunnah dan talak bid'ah. Yang mana hal ini sudah dikenal dalam ilmu fiqih. Talak sunnah yaitu seorang suami yang menalak satu istrinya dalam kondisi tidak sedang haidh atau pada saat hamil dan tidak setelah dihubungi dalam keadaan suci. Sedangkan talak bid'ah adalah kebalikannya. Kata "as Sunn ah" digunakan sebagai lawan "Al Bid'ah" secara mutlak. Bila dikatakan, "Fulan di atas sunnah" maka berarti dia berbuat sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik hal itu tertulis dalam Al Qur'an maupun tidak. Dan bila dikatakan "Fulan di atas bid'ah" maka berarti dia berbuat yang bertentangan dengan As Sunnah, karena dia melakukan hal baru yang tidak termasuk dalam agama, dan setiap perbuatan yang baru dalam agama adalah bid'ah. Maka setiap hal baru dalam agama yang diperbuat orang yang t

Kenapa harus pakai ana, anta, anti, antum?

Kenapa harus pake ana, anti, anta, antum? Pertama, nggak ada bedanya ketika seseorang bilang elo, gue, situ, you, ai padahal yang bilang "elo" "gue" belum tentu orang betawi. Padahal juga yang bilang "you" "I" belum tentu orang Inggris. Jadi apa ada masalah dengan sebutan ana, anti, anta, antum? Kedua, umat Islam harus bangga dengan bahasa Al Qur'an, yaitu bahasa arab. Lho, berarti ia sinting do ng, masa' bahasanya sendiri ndak bangga. Ya samalah, kenapa juga harus bangga berbahasa Inggris padahal bahasa sendiri juga ndak bangga. Bukan itu poinnya. Al Qur'an memakai bahasa arab, dan TIDAK mungkin bisa memahami kandungan Al Qur'an lebih dalam kecuali dengan bahasa arab. Maka dari itu bahasa arab dianggap sebagai bahasa Al Qur'an. Karena simbol Islam adalah bahasa arab ini, maka tak ada salahnya ketika menyapa orang pake ana, anti, anta, antum, hitung-hitung sebagai belajar. Ya kalau fasih silakan saja pake bahasa arab, tapi ya

Ilmu dunia dan ilmu agama

Ilmu Dunia dan Ilmu Agama Ada Seorang mengatakan : " Banyak manusia yang ketika berbicara ttg ilmu dunia, otak mereka ada di kepala.. Tetapi : Ketika bicara ttg ilmu agama, otak mereka turun ke dengkul !! " Walau tulisan tsb tidak sepenuhnya bisa dibenarkan.. Dan walau saya pun sebenarnya tidak sepenuhnya setuju.. Tapi tulisan tsb juga tak sepenuhnya bisa disalahkan.. Kenapa ?? Karena pada ken yataannya mmg banyak manusia yang sangat menguasai ilmu dunia, tapi "kebingungan" ketika bicara ttg agama.. Catatan : Yang kita maksud menguasai dsini adalah : Mempelajari, memahami, dan mengamalkan.. Sekarang lihatlah realita-nya : Betapa banyak manusia yang menguasai ilmu pengobatan, kedokteran, farmasi, dlsb.. Tapi tak kalah banyak manusia yang tidak tahu siapa yang menyembuhkan.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu perdagangan, keuangan, perekonomian, dlsb.. Tapi juga sangat banyak yang tidak sadar siapa yang memberi rizki.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu ge