Skip to main content

Tak punya guru, Maka Gurunya Setan

Sambil nunggu hujan reda sob, saya mau kasih tau sesuatu hadits yang masyhur. Lafazh haditsnya adalah

artinya: "Barangsiapa yang tidak punya syaikh (guru), maka gurunya adalah setan". 

Ini bukan hadits, tidak ada asal-usulnya, tidak diriwayatkan di kitab hadits manapun. Jadi tidaklah pantas dinisbatkan kepada rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam.

Memang benar, bahwa kita paling tidak, belajar kepada seorang guru untuk lebih bisa menjawab persoalan-persoalan seputar apa yang dia sampaikan. Dan lebih praktis daripada kita belajar otodidak. Namun banyaknya seorang guru tidaklah lekas membuat seorang itu baik agamanya. Dan juga tidaklah membuat seseorang itu selamat pemahamannya.

Betapa banyak orang yang mengaku punya banyak guru tapi ia malah menyesatkan orang lain. Dibandingkan mereka yang punya sedikit guru.

Biasanya yang memberikan hadits palsu ini adalah orang2 sufi yang memang membenci Syaikh Al Albani rahimahullah. Kemudian mengejek beliau dengan seorang ulama tanpa guru. Tapi sebenarnya sebutan itu pantas diberikan kepada mereka yang mana melakukan amalan tanpa dalil. Bukankah mereka yang mengada-adakan amalan tanpa dalil disebut sebagai orang yang tidak punya guru.

Syaikh Al Albani rahimahullah jelas beliau sangat peduli tentang hadits. Beliau pun orang yang melaksanakan sunnah-sunnah nabi Shallallahu 'alaihi wa salam dan kita sudah faham bagaimana pengamalan beliau terhadap hadits-hadits nabi. Sedangkan mereka yang mengejek dan menghina beliau? Membaca dzikir dan wirid yang tidak ada tuntunannya, bersholawat dengan sholawat buatan sendiri yang tidak ada tuntunannya. Sebegitu mereka menghina seorang ulama yang ta'at kepada hadits nabi dengan sebutan berguru kepada setan, padahal mereka sendirilah yang berguru kepada setan.

wallahua'lam bishawab.

Comments

Popular posts from this blog

Lawan kata Sunnah adalah Bid'ah

Para ulama membuat sebuah istilah lawan kata dari Sunnah adalah bid'ah. Sebagai contohnya adalah talak sunnah dan talak bid'ah. Yang mana hal ini sudah dikenal dalam ilmu fiqih. Talak sunnah yaitu seorang suami yang menalak satu istrinya dalam kondisi tidak sedang haidh atau pada saat hamil dan tidak setelah dihubungi dalam keadaan suci. Sedangkan talak bid'ah adalah kebalikannya. Kata "as Sunn ah" digunakan sebagai lawan "Al Bid'ah" secara mutlak. Bila dikatakan, "Fulan di atas sunnah" maka berarti dia berbuat sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik hal itu tertulis dalam Al Qur'an maupun tidak. Dan bila dikatakan "Fulan di atas bid'ah" maka berarti dia berbuat yang bertentangan dengan As Sunnah, karena dia melakukan hal baru yang tidak termasuk dalam agama, dan setiap perbuatan yang baru dalam agama adalah bid'ah. Maka setiap hal baru dalam agama yang diperbuat orang yang t

Kenapa harus pakai ana, anta, anti, antum?

Kenapa harus pake ana, anti, anta, antum? Pertama, nggak ada bedanya ketika seseorang bilang elo, gue, situ, you, ai padahal yang bilang "elo" "gue" belum tentu orang betawi. Padahal juga yang bilang "you" "I" belum tentu orang Inggris. Jadi apa ada masalah dengan sebutan ana, anti, anta, antum? Kedua, umat Islam harus bangga dengan bahasa Al Qur'an, yaitu bahasa arab. Lho, berarti ia sinting do ng, masa' bahasanya sendiri ndak bangga. Ya samalah, kenapa juga harus bangga berbahasa Inggris padahal bahasa sendiri juga ndak bangga. Bukan itu poinnya. Al Qur'an memakai bahasa arab, dan TIDAK mungkin bisa memahami kandungan Al Qur'an lebih dalam kecuali dengan bahasa arab. Maka dari itu bahasa arab dianggap sebagai bahasa Al Qur'an. Karena simbol Islam adalah bahasa arab ini, maka tak ada salahnya ketika menyapa orang pake ana, anti, anta, antum, hitung-hitung sebagai belajar. Ya kalau fasih silakan saja pake bahasa arab, tapi ya

Ilmu dunia dan ilmu agama

Ilmu Dunia dan Ilmu Agama Ada Seorang mengatakan : " Banyak manusia yang ketika berbicara ttg ilmu dunia, otak mereka ada di kepala.. Tetapi : Ketika bicara ttg ilmu agama, otak mereka turun ke dengkul !! " Walau tulisan tsb tidak sepenuhnya bisa dibenarkan.. Dan walau saya pun sebenarnya tidak sepenuhnya setuju.. Tapi tulisan tsb juga tak sepenuhnya bisa disalahkan.. Kenapa ?? Karena pada ken yataannya mmg banyak manusia yang sangat menguasai ilmu dunia, tapi "kebingungan" ketika bicara ttg agama.. Catatan : Yang kita maksud menguasai dsini adalah : Mempelajari, memahami, dan mengamalkan.. Sekarang lihatlah realita-nya : Betapa banyak manusia yang menguasai ilmu pengobatan, kedokteran, farmasi, dlsb.. Tapi tak kalah banyak manusia yang tidak tahu siapa yang menyembuhkan.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu perdagangan, keuangan, perekonomian, dlsb.. Tapi juga sangat banyak yang tidak sadar siapa yang memberi rizki.. Betapa banyak manusia yang mnguasai ilmu ge